Assalam ‘alaikum wa rohmatullah …
2020 berlalu dengan meninggalkan banyak kesan, meski terasa berjalan lambat namun pada akhirnya kalender 2020 pun akhirnya menutup lembarannya dan kita pun perlahan membuka lembaran 2021. Namun sepertinya saya masih gagal move on dari 2020, karena apa yang akan saya share ini dan mungkin beberapa postingan saya berikutnya adalah jejak-jejak 2020 yang masih tersimpan di dalam memori elektronik saya, karena menurut saya situasi dan kondisinya masih hampir sama karena kita masih berada dalam bayang-bayang Covid 19 yang entah untuk sampai kapan, namun kita harus tetap optimis “badai segera dan insyaa Allah akan berlalu”.
Senin, 3-2-2020
Gary : “Bisakah kamu membantu membelikan kami masker ?”. Sebuah pesan melalui aplikasi wechat dari salah seorang rekan bisnis dari negeri tirai bambu.
Gary : “kami mungkin butuh sekitar 1000 lembar masker “. Pesan ke dua masuk.
Saya :”bisa kamu mengirimkan contoh masker seperti apa yang kamu butuhkan ?” tanyaku.
Dia kemudian mengirimkan 2 contoh gambar masker medis berwarna hitam dan putih. Kemudian aku membalas pesannya dengan mengirimkan contoh gambar masker medis yang biasa aku gunakan.
Gary :”apakah tersedia?” tanyanya kemudian.
Saya : “ sepertinya iya, saya akan menanyakan ke pihak DHL terlebih dahulu”, jawabku.
Gary : “baik, masker bedah/medis bagus”.
Saya kemudian menghubungi teman di DHL Service Point Makassar bahwa kami ingin mengirim masker ke China dan menanyakan persyaratan pengiriman masker ke sana karena selama ini kami hanya mengirim dokumen dan sampel, itupun tak lebih dari 2 kg sementara khusus untuk pengiriman masker memang ada persyaratan khususnya.
Mba Ami, Si officer cantik di DHL Service Point memberikan penjelasan terkait pengiriman masker ke China. Mba, ke China di ? … agak ketatki itu Mba (dengan aksen khas Makassar) !!! Pengiriman ke China itu ada batasan khusus. Masker medis dengan spesifikasi khusus seperti jenis 3M N95, 1960/1960S” boleh tetapi membutuhkan izin impor khusus dari Custom China. Untuk pengiriman individu, jumlahnya harus kurang dari 200 gr. Nilai barang kurang dari CNY 150 atau 2 box kecil. Untuk pengiriman atas nama perusahaan, nilai barang tidak boleh lebih dari CNY 500. Jumlah barang harus kurang dari 20 kg. Demikian penjelasankKaryawan paling cantik di DHL officer Makassar karena hanya satu-satunya perempuan di sana. Saya juga memintanya mengirimkan persyaratan tertulis nya via whatsap untuk saya teruskan ke Gary setelahnya. Tidak lupa Mba Ami juga memberi saran agar maskernya di kirim ke Hongkong saja karena pengiriman masker ke sana sejauh ini belum ada batasan. “ tapi buyerku di China ki Mba bukan di Hongkong”, kataku kemudian. “iya sih, ke DHL miki pale besok”, lanjutnya.
Saya kemudian mengabari Gary informasi yang saya dapat dari DHL dan dia juga berkata akan mencari tahu regulasi di sana terkait pengiriman masker. Saya juga memberi tahu bahwa kami bisa mengirim 2000 lembar masker kepadanya.
Selasa, 4-2-2020
“Ayi, maskernya 1 dos berapa ? Sambil menunjuk sekotak masker bermerk terkenal 60.000/kotak jawab perempuan pemilik toko alkes terkenal di kota Makassar. Wow, hampir tak bisa berkata-kata mendengar harganya. Baru seminggu pemerintah China mengumumkan kota Wuhan berstatus lockdown. Hmmm … “Jadi klo beli 1 dus yang isi 25 berapa Ayi ?” Tanyaku lagi. 60.000 x 20 mi jadi 1.200.000 mauji ? Jawabnya dan balik bertanya padaku …” iye tunggu sebentar ayi di ku telpon temanku dulu Ayi”, jawabku kemudian.
Saya segera menghubungi pimpinan. Pimpinan yang sudah seperti Kakak dan Ayah bagiku. Memberitahukannya tentang harga masker yang kenaikannya sangat signifikan. Normalnya sekotak masker tersebut saya beli dengan harga Rp. 25.000. Beliau mengiyakan untuk membeli meskipun kami juga sama terkejutnya dengan kenaikan harga masker. Mengambil barang dan menyelesaikan pembayaran, saya pun meninggalkan took alkes tersebut menuju DHL .
Sesampai di DHL seperti biasa Mba Ami selalu menyapa dengan senyum ramahnya. Dia sedang melayani pelanggan dan meminta saya duduk dan menunggu. Saya tidak duduk karena terkejut dengan pemandangan yang tak biasa saya temukan di DHL. Berdus-dus masker dan beberapa pelanggan. Beberapa sedang sibuk menyusun kembali kotak-kotak masker nya ke dalam box khusus pengiriman paket nomor 8 milik DHL. Saya menghampiri seorang Bapak yang sedang khusyu memasukkan kotak-kotak maskernya, memaksimalkan ruang dalam box DHL, menyusun dan menghitung kembali kotak demi kotak dalam bahasa mandarin. Yī, èr, sān, sì, wǔ… (satu, dua, tiga, empat, lima … )Saya mengamatinya beberapa saat dan maju membantunya saat terlihat kesulitan menyisipkan 1 kotak terakhir ke dalam box 8 tersebut. Hari itu Si Bapak yang tak bisa saya taksir umurnya karena saya memang belum pernah sukses menebak umur seseorang dan anaknya mengirim 8 box no 8 ke Hongkong. Dan ini adalah hari ke dua mereka mengirim masker ke Negara mutiara dari timur. Cece Vony, anak si Bapak menjelaskan bahwa di Hongkong antrian untuk memperoleh masker sangat panjang dan harganya sangat mahal. Masker menjadi barang langka di Hongkong juga adalah imbas dari demo besar-besaran di sana yang ramai diberitakan.
Sambil menunggu giliran saya kembali menghitung ulang harga masker dan mengkonversinya ke Yuan. Saya merasa harga belinya di atas 500 Yuan. Saya menelepon kembali Pemilik Toko Alkes, menceritakan tentang pengiriman paket saya dan meminta tolong membuatkan nota baru dengan harga yang lebih rendah agar paket saya bisa diproses. Saat tiba giliran saya saya juga menjelaskan hal itu pada Mba Ami dan dia juga paham. Dari semua pengirim masker saya rasa sayalah yang paketnya paling kecil dan yang mengirim ke China. Selebihnya adalah pengiriman ke Hongkong dan bervolume lebih besar. Saya juga menceritakan kepada gary dan meminta maaf kepada Gary karena hanya bisa mengirim 1000 lembar kepada mereka. Dan dia berkata itu sudah sangat membantu.
Beberapa hari kemudian, tepatnya di tanggal 6 Februari 2020 Gary kembali mengirim pesan bahwa mereka butuh 1000 masker lagi. Saya menghubungi toko Alkes untuk menanyakan harga dan Pelayan Toko berkata bahwa harga masker merk A Rp. 100.000/kotak dan masker B RP. 125.000/kotak. Itupun jumlahnya tidak banyak kata si pelayan toko. Saya juga menghubungi Cece Vony tetapi kata Si Cece di gudang temannya juga kosong. Saya juga mencari ke beberapa tempat dan terus berbagi kabar dengan Gary bahwa saat itu kami sedang mencari masker lagi.
Tanggal 7 Februari 2020
Gary : Berita baik. Costum membebaskan cargo. Tolong aturkan pengiriman ke dua jika bisa.
Saya lega mendengar paket bisa sampai ke tangan mereka. Tetapi untuk paket ke dua kami belum mendapat masker.
Tanggal 8 Februari 2020 saya mengabari Gary kalau kami sudah mendapatkan 20 kotak atau 1000 lembar masker . Dia bilang saya boleh mengirimkannya tetapi saya baru bisa mengirim keesokan harinya. Dia juga menambahkan bahwa jika mereka menerima kiriman ke dua kami, mereka tidak begitu khawatir lagi. Pemerintah China berencana meproduksi masker secara massal. Perusahaan-perusahaan disulap menjadi pabrik masker. Tidak tanggung-tanggung, bahkan pabrik otomotif dan perakit Iphone ikut memproduksi masker. Sepertinya semua berjuang saling membantu di tengah masa-masa sulit. Dan jangan ditanya soal jiwa nasionalisme mereka. Dan sejak Corona ekspansi ke sejumlah Negara di dunia dan telah menjadi pandemic global, perusahaan sekelas McLaren pun ikut putar haluan memproduksi masker.
Pemandangan berbeda juga tampak di Indonesia. Melalui social media saya menemukan fakta bahwa market place tiba-tiba menjadi sangat ramai dengan munculnya pedagang dadakan. Mereka menawarkan alat pelindung diri dan penunjang kesehatan yang menjadi barang langka dan mahal beberapa Bulan ini. Satu hari sesudah Presiden RI mengumumkan kasus 1 dan 2 di Indonesia saja masker N95 harganya sudah Rp. 75.000 per lembar di Makassar. Jangan ditanya harga masker lainnya. Dan harga ini dari hari ke hari trend nya terus mengalami kenaikan.
Covid19 benar-benar telah mengubah wajah dunia.
H-1 PSBB
H-1 Ramadhan
Makassar, 23 April 2020
Catatan Kaki :
Ayi : Bibi/ tante dari pihak Ibu tetapi dalam penggunaan umum biasa juga untuk perempuan yang sebaya dengan Ibu.
Box 8 : Box kemasan paling besar di DHL, limit berat 25 kg dimensi 541x444x409
Tulisan setelah melewati meja editor:
Senin, 3 Februari 2020. Sebuah pesan masuk lewat aplikasi We Chat. Foto pria ganteng di profil pengirim pesan. Gary namanya. Salah seorang rekan bisnis dari negeri tirai bambu. “Bisakah kamu membantu membelikan kami masker ?” demikian bunyi pesannya.
“Kami mungkin butuh sekitar 1000 lembar masker, ” tambahnya.
”Bisa kamu mengirimkan contoh masker seperti apa yang kamu butuhkan?” tanyaku.
Dia kemudian mengirimkan 2 contoh gambar masker medis. Satu warna hitam, yang lainnya putih. Kemudian aku membalas pesannya dengan mengirimkan contoh gambar masker medis yang biasa aku gunakan.
”Apakah tersedia?” tanya Gery kemudian.
“Sepertinya iya, saya akan menanyakan ke pihak DHL terlebih dahulu, ” jawabku.
“Baik, masker bedah/medis bagus, ” ungkapnya.
Saya kemudian menghubungi teman di DHL Service Point Makassar. Bahwa kami ingin mengirim masker ke China. Tak lupa saya menanyakan persyaratan pengiriman masker ke sana, karena selama ini kami hanya mengirim dokumen dan sampel. Itupun tak lebih dari 2 kg. Khusus untuk pengiriman masker, memang ada persyaratan khususnya.
Mba Ami, demikian nama officer cantik di DHL Service Point, memberikan penjelasan terkait pengiriman masker ke China.” Mba, ke China di ? (dengan aksen khas Makassar) … agak ketatki itu Mba !!! Pengiriman ke China itu ada batasan khusus. Masker medis dengan spesifikasi khusus seperti jenis 3M N95, 1960/1960S” boleh, tetapi membutuhkan izin impor khusus dari Custom China. Untuk pengiriman individu, jumlahnya harus kurang dari 200 gr. Nilai barang kurang dari CNY 150 atau 2 box kecil. Untuk pengiriman atas nama perusahaan, nilai barang tidak boleh lebih dari CNY 500. Jumlah barang harus kurang dari 20 kg,” demikian penjelasan karyawan paling cantik di DHL officer Makassar. Karena hanya satu-satunya perempuan di sana. Saya juga memintanya mengirimkan persyaratan tertulisnya via whatsapp untuk saya teruskan ke Gary setelahnya. Tidak lupa Mba Ami juga memberi saran, agar maskernya di kirim ke Hong Kong saja karena pengiriman masker ke sana sejauh ini belum ada batasan. “Tapi buyer-ku di China ki Mba bukan di Hong Kong, ” kataku kemudian. “iya sih, ke DHL miki pale besok, ” lanjutnya.
Saya kemudian mengabari Gary informasi yang saya dapat dari DHL. Dia juga mengatakan akan mencari tahu regulasi di sana terkait pengiriman masker. Saya juga memberi tahu, bahwa kami bisa mengirim 2000 lembar masker kepadanya.
Selasa, 4 Februari 2020. “Ayi, maskernya 1 dos berapa?” tanyaku sambil menunjuk sekotak masker bermerek terkenal. Ayi adalah sapaan untuk Bibi atau tante dari pihak Ibu. Tetapi dalam penggunaan umum biasa juga untuk perempuan yang sebaya dengan Ibu.
“Rp60.000 per kotak,” jawab perempuan pemilik toko alkes terkenal di kota Makassar itu.
Wow! Hampir tak bisa berkata-kata mendengar harganya. Baru seminggu pemerintah China mengumumkan kota Wuhan berstatus lockdown. Hmmm … “Jadi klo beli 1 dus yang isi 25 berapa Ayi ?” tanyaku lagi. “Rp60.000 x 20 mi jadi Rp1.200.000 mauji ?” jawabnya sambil balik bertanya padaku …”Iye tunggu sebentar ayi di kutelpon temanku dulu Ayi, ” jawabku kemudian.
Saya segera menghubungi pimpinan. Pimpinan yang sudah seperti Kakak dan Ayah bagiku. Memberitahukannya tentang harga masker yang kenaikannya sangat signifikan. Normalnya sekotak masker tersebut saya beli dengan harga Rp25.000. Beliau mengiyakan untuk membeli meskipun kami juga sama terkejutnya dengan kenaikan harga masker. Mengambil barang dan menyelesaikan pembayaran, saya pun meninggalkan toko alkes tersebut menuju DHL.
Sesampai di DHL, seperti biasa Mba Ami selalu menyapa dengan senyum ramahnya. Wanita berkacamata dan berlesung pipi itu, sedang melayani pelanggan dan meminta saya duduk dan menunggu. Saya tidak duduk karena terkejut dengan pemandangan yang tak biasa saya temukan di DHL. Berdus-dus masker dan beberapa pelanggan. Beberapa sedang sibuk menyusun kembali kotak-kotak masker nya ke dalam box khusus pengiriman paket nomor 8 milik DHL. Saya menghampiri seorang Bapak bermata sipit, yang sedang khusyu memasukkan kotak-kotak maskernya, memaksimalkan ruang dalam box DHL, menyusun dan menghitung kembali kotak demi kotak dalam bahasa mandarin. Yī, èr, sān, sì, wǔ… (satu, dua, tiga, empat, lima … Saya mengamatinya beberapa saat dan maju membantunya saat terlihat kesulitan menyisipkan 1 kotak terakhir ke dalam box 8 tersebut. Box 8 adalah box kemasan paling besar di DHL, limit berat 25 kg dimensi 541x444x409.
Hari itu Si Bapak yang tak bisa saya taksir umurnya karena saya memang belum pernah sukses menebak umur seseorang. Dia bersama anaknya, mengirim 8 box 8 ke Hong Kong. Dan ini adalah hari kedua mereka mengirim masker ke Negara mutiara dari timur itu. Cece Vony, anak si Bapak menjelaskan bahwa di Hong Kong, antrean untuk memperoleh masker sangat panjang dan harganya sangat mahal. Masker menjadi barang langka di Hong Kong juga adalah imbas dari demo besar-besaran di sana yang ramai diberitakan.
Sambil menunggu giliran, saya kembali menghitung ulang harga masker dan mengkonversinya ke Yuan. Saya merasa harga belinya di atas 500 Yuan. Saya menelepon kembali Pemilik Toko Alkes, menceritakan tentang pengiriman paket saya dan meminta tolong membuatkan nota baru dengan harga yang lebih rendah agar paket saya bisa diproses. Saat tiba giliran saya saya juga menjelaskan hal itu pada Mba Ami dan dia juga paham. Dari semua pengirim masker saya rasa sayalah yang paketnya paling kecil dan yang mengirim ke China. Selebihnya adalah pengiriman ke Hong Kong dan bervolume lebih besar. Saya juga menceritakan kepada Gary dan meminta maaf kepadanya, karena hanya bisa mengirim 1000 lembar kepada mereka. “Itu sudah sangat membantu,” ujar pria beralis tebal itu.
Beberapa hari kemudian, tepatnya di tanggal 6 Februari 2020, Gary kembali mengirim pesan bahwa mereka butuh 1000 masker lagi. Saya menghubungi toko Alkes untuk menanyakan harga dan Pelayan Toko berkata bahwa harga masker merek A Rp.100.000/kotak dan masker B Rp. 125.000/kotak. “Itupun jumlahnya tidak banyak,” kata si pelayan toko dari balik telepon. Saya juga menghubungi Cece Vony tetapi kata Si Cece, di gudang temannya juga kosong. Saya juga mencari ke beberapa tempat dan terus berbagi kabar dengan Gary, bahwa saat itu kami sedang mencari masker lagi.
Tanggal 7 Februari 2020, Gary memberi: kabar. “Berita baik. Costum membebaskan cargo. Tolong aturkan pengiriman ke dua jika bisa,” ujarnya.
Saya lega mendengar paket bisa sampai ke tangan mereka. Tetapi untuk paket ke dua kami belum mendapat masker.
Tanggal 8 Februari 2020, saya mengabari Gary kalau kami sudah mendapatkan 20 kotak atau 1000 lembar masker. Dia bilang saya boleh mengirimkannya, tetapi saya baru bisa mengirim keesokan harinya. Dia juga menambahkan, jika mereka menerima kiriman ke dua kami, mereka tidak begitu khawatir lagi karena Pemerintah China berencana meproduksi masker secara massal.
Perusahaan-perusahaan disulap menjadi pabrik masker. Tidak tanggung-tanggung, bahkan pabrik otomotif dan perakit IPhone pun ikut memproduksi masker. Sepertinya semua berjuang saling membantu di tengah masa-masa sulit. Dan jangan ditanya soal jiwa nasionalisme mereka. Dan sejak Corona ekspansi ke sejumlah Negara di dunia dan telah menjadi pandemic global, perusahaan sekelas McLaren pun ikut putar haluan memproduksi masker.
Pemandangan berbeda juga tampak di Indonesia. Melalui sosial media, saya menemukan fakta bahwa market place tiba-tiba menjadi sangat ramai dengan munculnya pedagang dadakan. Mereka menawarkan alat pelindung diri dan penunjang kesehatan yang menjadi barang langka dan mahal beberapa bulan ini. Satu hari sesudah Presiden RI mengumumkan kasus 1 dan 2 di Indonesia saja, masker N95 harganya sudah Rp75.000 per lembar di Makassar. Jangan ditanya harga masker lainnya. Dan harga ini dari hari ke hari trendnya terus mengalami kenaikan. Covid19 benar-benar telah mengubah wajah dunia.
Menyukai ini:
Suka Memuat...