Pelangi hatiku

 

Ronsen Tulang Paha tanggal 27 september kemarin,

La Hawla Wa Laa Quwwata Illa Billaah…

Segala upaya kesembuhan milik manusia, tapi ternyata Allah Azza Wa Jalla punya kehendak yang berbeda …

7 bulan berjalan, tulang paha masih belum nyambung juga …

Alhamdulillah🙂

– MAKA NIKMAT TUHANMU YANG MANAKAH YANG KAMU DUSTAKAN? (QS. Ar Rahman) – 

Alhamdulillah … aku memuji Nya bukan karena kaki yang tak kunjung sembuh, namun lebih dari itu adalah karena kebesaran hatimu menerima takdir Nya.
Semangat dan ikhlasmu-lah yang selalu mengembangkan hatiku, membuatku kemudian mengukir senyum tipis meski di saat yang sama sudut mataku basah karena haru dan bahagia.
Karenanya di pagi dan mendung yang membersamainya, ku coba mencerna dan memaknai  kedamaian hatimu. Mendung tak berarti galau, karena toh hatimu demikian lapang, seluas samudera menerima ketetapan Nya untuk berdamai dengan takdir. Jika pun akhirnya mendung membawa hujan, kelak hujan pun akan membawa selengkung pelangi dan satu hal bahwa pelangi tak akan kembali menghadirkan mendung.
“Pelangi tak pernah mendung” seperti hatimu yang selalu menghadirkan pelangi untuk hatiku.
Semangat ^^d

contoh surat penawaran

[kop surat perusahaan]

Makassar, 24 September 2011

No.        :  …

Perihal : Penawaran Freight Container

Lamp.  : –

Kepada Yth    :

Attn.                 : …

Fax.                   : …

Dengan Hormat,

Bersama ini kami sampaikan penawaran EMKL Fee untuk jasa pengiriman laut jenis barang [Beras], kondisi Door to Port (D/P) dengan lokasi sebagai berikut :

*Makassar (Door)  –  Surabaya (Port)……………………… Rp. 4.550.000 / 20’

Note :

  • Pembayaran prepaid Makassar dan dilaksanakan 1 (satu) minggu setelah  barang tiba di Pelabuhan Tujuan.
  • Perubahan Harga akan diinformasikan sebelum melakukan stuffing di container.
  • Harga tersebut di atas berlaku mulai stuffing ter tanggal 24  September  2011.
  • Dianjurkan pihak shipper untuk mengasuransikan barangnya dalam keadaan all risk warehouse to warehouse.
  • Biaya Buruh Makassar dan Surabaya ditanggung oleh pihak ekspedisi.

Atas kepercayaan dan kerjasamanya, kami haturkan terima kasih.

Hormat kami,

[……………….]

Depo Tanto - Port Hatta, Makassar

Depo Tanto – Port Hatta, Makassar

footnote :

untuk kondisi pengiriman sendiri ada beberapa jenis, yaitu :

Door to Port (D/P) : kondisi pengiriman di mana barang dijemput/diambil dari gudang atau lokasi yang di luar pelabuhan dan diterima oleh costumer di pelabuhan (port) tujuan.

Door to Cy (D/Cy) : kondisi pengiriman di mana barang dijemput/diambil dari gudang atau lokasi yang di luar pelabuhan dan diterima oleh costumer di pelabuhan (port) tujuan, dengan biaya OPP/THC di pelabuhan tujuan telah atau dibayarkan oleh pihak eskpedisi.

Door to Door (D/D) : kondisi pengiriman di mana barang dimuat/diambil dari gudang atau lokasi yang di luar pelabuhan untuk selanjutnya diteruskan ke gudang/pabrik tujuan atau dalam dunia Ekspedisi dikenal dengan istilah. dooring.

Port to Port (P/P) : kondisi pengiriman di mana barang dimuat di depo pelabuhan asal dan diterima oleh costumer di pelabuhan (port) tujuan.

Port to Door (P/D) : kondisi pengiriman di mana barang dimuat di depo pelabuhan asal dan diterima oleh costumer di gudang/pabrik.

 

welcome [tanggung jawab]

Berani hidup harus berani dewasa. Nah tu dia kalimat saktinya. Mengambil satu bagian dari hidup yang orang menyebutnya [tanggung jawab], memang sangat tak mudah dan perjalanan untuk memikulnya sama tak mudahnya. Belum lagi yang namanya kegagalan selalu membayangi, dan boleh jadi sebelum memulai ternyata pikiran sudah dipenuhi dengan [pikiran kalah], nah lho … kalah sebelum berjuang dong jadinya.

Gagal sekali, dua kali bahkan berkali-kali bisa saja terjadi, namun pilihan tetaplah kita yang menentukan, menyerah atau melanjutkan perjalanan. Memilih menyerah, sudah tahu kan artinya apa ??? … it’s mean STOP langkah terhenti di tempat dan saat itu juga. Tapi kemudian jika pilihannya adalah melanjutkan perjalanan, berarti peluang untuk sukses masih terbuka. So, let’s make a choice and hopefully no remorse for every choice, because no remorse came early.

Berani hidup harus berani dewasa. Hidup ini memang tidak mudah, tetapi alangkah tidak mudahnya hidup tanpa keberanian menjadi dewasa. Bahwa Fase demi fase adalah kepastian. Setiap usia punya jenjangnya, situasinya, sulit atau mudahnya. Tapi keberanian menjadi dewasa adalah keniscayaan yang dengannya kita lalui fase itu, kita kejar cita-cita akhir kita, di puncak pengharapan akan ridha Allah SWT.

~ Tarbawi Press ~

Sip sip sip. Semangat !!!

 

membuka [kotak kenangan] mmm … rasanya seperti … ntahlah, aku tak bisa membahasakannya. Flash back kembali mencoba mengingat seperti apa rasa ku di saat itu but it’s over-lah bagaimanapun live must go on and on. Yup !!! hari masih pagi dan aku tak ingin merusak kehangatan sinarnya. Menikmati kehangatan pagi dengan secangkir teh dan pemandangan sungai dan tawa renyah si kembar Adam dan Adnan di tepinya adalah satu kebahagian yang dihadirkan pagi kali ini. Semangat pagi !!!

^_^

analekta and me

Aku merelakanmu di satu senja.

Ikhlas, mungkin demikian aku memaknainya.

Menengok kembali ke satu masa, yang ada kamu bersamaku. Bahagia.

Tapi kemudian waktu dan usia kembali menyadarkanku,  kau tak lagi ada.

Kau pernah ada, meski kemudian pergi

Kau meninggalkanku, namun ku harap kelak ada yang kemudian kembali mengisi

kotak-kotak episode di hidupku dengan kenangan-kenangan baru

Kucoba berdamai dengan takdir, karena demikianlah hidup.

Selalu ada yang berubah dalam hidup ini..Melalui fase demi fase, kita semua

pasti berubah,

Ya … tak mungkin bisa kita memutar waktu, pun terus-menerus terkungkung dalam putaran bernama masa lalu.

Karena hidup itu berjalan ke depan, hingga akhirnya kelak di satu masa

kita bertemu dengan diri kita yang lebih dewasa.

Sementara kenangan-kenangan itu, biarkanlah tersimpan rapi dalam kotak-kotak kenangan, di relung hati kita.

Lihat pos aslinya

Jembatan : sinrijala

Jembatan. Pembangunannya memasuki hari ketiga sekarang, dan sangat memungkinkan butuh berhari-hari atau mungkin minggu sampai bulan untuk proses pembangunannya mengingat sungai depan rumah ini tergolong dalam belum lagi musim penghujan yang sepertinya sudah mengirimkan pesan kalau bentar lagi dia akan datang menyapa dan menderaskan bulir-bulir basahnya. Tapi setidaknya aku dan semua warga berlogo sinrijala, sukaria dan sukamaju mestilah bersyukur, “Alhamdulillah ya [sesuatu] hheheeeheee 🙂

Allah lewat tangan-tangan bapak-bapak tukang yang kecipratan rejeki dari pemerintah dengan tekun dan cekatan mewujudkan mimpi kecil kami, yaitu punya jembatan lagi yang bisa kembali mempererat silaturrahim kami sesama warga sempadan sungai sinrijala. Wah, masjid Nuruttaufiq dijamin jama’ahnya- yang beberapa bulan terakhir sejak jembatan sebelumnya terbawa arus-akan hadir kembali. “Insyaa Allah, ada jalan”, begitu katanya Maher Zain kan 🙂

Di hari pertama mereka mengisi pasir ke dalam karung-karung plastik kemudian menenggelamkannya ke dalam sungai. Di hari ke dua pun masih melakukan hal yang sama, karena sungai depan rumah ini lumayan dalamlah. Sangat melelahkan sepertinya, belum lagi mereka harus bolak-balik ke seberang sungai demi melakukan hal yang sama. Untung saja beberapa diantara mereka bermotor, jadinya di dua hari kemarin untuk ke seberangnya mereka berkeliling menyusuri sempadan sungai kira-kira 200m kemudian berbelok menyeberangi jembatan di ujung jalan … wah wah wah, salute … smangat !!!  makanya di hari ketiga ini mereka akan membuat rakit dari bambu untuk memudahkan pekerjaan.

Jadi sabar sabar sabar bersyukur bersyukur bersyukur, copast kalimatnya dear grandma alm.-semoga Allah mengampuni, melapangkan alam kuburnya- “sabar jadi subur”, amin amin amin 🙂

Cerita dari pete-pete

Gadis penjaga toko, ku kira sudah dua kali aku seperjalanan_satu pete-pete_ dengannya. Yup betul, meski ada banyak wajah dan gaya penumpang yang setiap hari mengejar pete-pete nol lima tapi pada si Gadis Penjaga Toko ini ingatanku masih bisa diandalkan 🙂 . Aku masih ingat di dua perjalanan sebelumnya dengan rambut tergerai sebahu dan sebuah jepitan sederhana yang tersemat di rambut. Hmmm, entah ini baik atau tidak ya tapi pada penumpang yang lain pun aku juga mengamati sepintas juga, apalagi kalau mereka naiknya belakangan, bahkan tak jarang aku terlibat pembicaraan dengan mereka. Tapi paling tidak aku juga punya alasan mengapa aku sering mengamati beberapa penumpang, selain bentuk kewaspadaan pada hal-hal yang tak diinginkan, tak jarang pula aku bertemu teman , tetangga di dalam angkot hhehee. Oh iya, yang ku maksud dengan hal-hal yang tak diinginkan itu, aku pun punya pengalaman buruk yang na’udzubillah semoga tak terulang lagi.

Jadi, di satu sore sepulang dari tempat kerja yang lama, aku itu ternyata satu angkot dengan sindikat copet. Aku naik lebih dulu dari seorang laki-laki yang kemudian duduk di sebelahku hampir bersamaan dengan seorang gadis yang kemudian duduk berhadapan dengan laki-laki tersebut. Sepanjang jalan laki-laki ini terus berlagak seolah-olah sedang menelpon seseorang dengan handphone di tangannya sambil sesekali digoyangkan. “no signal”, katanya. Begitu seterusnya sampai kemudian Sopir angkot kembali menaikkan seorang penumpang laki-laki yang kemudian duduk dekat pintu, sebangku dengan gadis tadi namun diapit oleh seorang penumpang lain. Baru saja beberapa meter angkot berjalan, si penumpang yang baru naik ini tiba-tiba merasa mual dan muntah meski dari mulutnya tak mengaluarkan cairan apapun dan tak lama kemudian meminta angkot berhenti dan turun. Pete-pete kemudian berjalan kembali setelah menurunkan laki-laki yang telah menyita sejenak perhatian kami, namun tak lama berselang, Si gadis yang duduk berhadapan dengan lelaki yang sedari tadi sibuk dengan handphone nya tiba-tiba berseru kehilangan handphone nya yang membuat seisi angkot panik termasuk lelaki di sebelahku yang kemudian menjatuhkan sebuah handphone ke bawah tempat duduknya. “Hp ku !!! … kenapa bisa ada di situ ??? ” kata si gadis sambil menunjuk ke bawah tempat duduk si lelaki. Pak Sopir kemudian menghentikan angkot yang ternyata di tempat yang sama banyak rekan-rekan sesamanya para sopir sedang beristirahat. Mengetahui insiden di dalam pete-pete mereka hampir saja menurunkan si lelaki dan mengeroyoknya tapi dengan memasang wajah tak berdosanya meski tampak ketakutan pun lelaki ini berdalih tak sengaja. Untung saja bapak-bapak sopirnya baik sehingga lelaki ini selamat dari aksi pengeroyokan. Kembali ke pete-pete, usut punya usut ternyata aksinya dimulai saat lelaki yang muntah yang ternyata adalah rekannya mengusik perhatian kami. Kami hanya memperhatikan dia muntah tapi tak memperhatikan tangannya yang ternyata menepuk bahu si gadis agar si gadis terhipnotis dan lelaki yang duduk disebelahku bisa mengambil handphone di tas kecil si gadis. Sentuhan magic yang sudah terasah tentunya, namun kata si gadis ternyata tak cukup berhasil karena si gadis yang kebetulan sedang berpuasa-puasa sunnat mungkin-tak lupa mengingat Allah katanya. Subhanallah, Allah Maha Besar. dan ganjarannya ia  tahu bahwa Allah Maha Melihat, Maha Melindungi.

Oh, iya balik lagi ke gadis penjaga toko yang entah ia pun melakukan hal yang sama sepertiku atau tidak it’s okay lah karena aku kan punya argumen yang cukup untuk menguatkan pengamatan yang mungkin ada sebagian orang yang menganggap aneh meski aku merasa itu wajar dan sah-sah saja. Yup karena selain alasan-alasan tadi itu dengan pengamatan seperti ini aku bisa mengasah dan memperkaya kepekaan, rasa, ingatan, pengalaman dan yang terpenting memperkaya Analekta-ku tentunya hhehee …

Di pertemuan ke tiga dengan si gadis penjaga toko ini, ada sesuatu yang beda tampaknya. Rambut yang sebelumnya lurus tergerai itu, sekarang terbalut rapi  sebuah jilbab paris berwarna hitam. Alhamdulillah, segala puji Sang Pemberi hidayah. Semoga tetap istiqomah. Amin.

***. pete-pete it’s angkot, di makassar kami menyebutnya demikian oh iya penyebutannya pete’-pete’ … jangan salah ya 🙂

i need Allah

I need Allah … yes !!! sangat … selalu. Seperti sebaris kalimat singkat di Header-I need Allah-Analekta, di susah, sedih dan senangku i need Allah dan sepanjang hari bersama-Nya adalah [sesuatu] …

dan segala yang bernama [sesuatu] itu aku sangat bergantung pada Nya dan setiap detik waktu, setiap detak jantung adalah berkah tak terhingga. Dan sejatinya pada tiap-tiap keberkahan ada bait-bait syukur yang menyertainya. Berdzkir dan berdoa adalah salah satu ungkapan rasa terima kasih dan syukurku pada Nya. Dan di pagi yang basah ini, ditemani embun dan bulir-bulir kristal basahnya, ku untai Rabithah pagiku ini sebagai wujud syukurku untuk setiap [sesuatu] yang berkah yang amat sangat tak berhingga.

Aku berada di pagi hari ini sementara segala kekuasaan adalah milik Allah. Segala puji bagi Allah, tidak ada yang berhak diibadahi secara benar melainkan Allah semata, tiada sekutu bagiNya. MilikNya-lah segala kerajaan dan segala pujian, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Ya Robb, aku memohon kepadaMu kebaikan yang ada pada hari ini dan kebaikan yang ada setelahnya. Aku berlindung kepadaMu dari keburukan yang ada pada hari ini dan keburukan yang ada setelahnya. Ya Robb, aku berlindung kepadaMu dari rasa malas dan hari tua yang tidak menyenangkan. Ya Robb, aku berlindung kepadaMu dari siksa neraka dan siksa kubur.

Ya Allah, dengan pertolonganMu aku berada di pagi ini dan dengan pertolonganMu pula kami berada di sore hari, dengan pertolonganMu kami hidup dan dengan pertolonganMu kami mati, serta hanya kepadaMu kami dibangkitkan kelak.

Ya Allah, sesungguhnya pada sore ini, aku bersaksi di hadapanMu, di hadapan para malaikat penjunjung ‘ArsyMu, para malaikatMu (yang lain) serta seluruh makhluk ciptaanMu bahwa Engkau adalah Allah, tidak ada yang berhak diibadahi secara benar melainkan Engkau semata, tidak ada sekutu bagiMu, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan RasulMu.

Ya Allah, setiap kenikmatan yang aku dapatkan pada pagi ini atau yang didapatkan oleh salah seorang hambaMu, maka pasti berasal dariMu semata, tidak ada sekutu bagiMu. Hanya bagi segala puja-puji dan syukur.

Aku berada di pagi ini di atas fitrah islam, kalimat ikhlas, agama Nabi kami Muhammad SAW dan di atas agama bapak kami Ibrahim, sebagai seorang muslim yang lurus dan tidak termasuk orang-orang musyrik.

Dan akhirnya Ya Allah, limpahkanlah sholawat beriring salam kepada Nabi kami Muhammad.

*** ___***

Aamien aamien aamien yaa Robbal’aalamien

Ayah dan Semangat

Ketika duduk di bangku Sekolah Dasar dulu, banyak hal yang saya inginkan tak pernah terwujud, terutama sebuah keinginan yang melibatkan sesuatu yang harus diperoleh dengan uang. yang bagi sebagian orang jumlahnya tak begitu banyak tetapi tidak demikian bagi kami. Uniknya, ayah tak pernah mengatakan ia tak punya uang dan selalu berkata “ Sabar, nanti ayah belikan, berdoa saja!”. Berkali-kali kalimat itu keluar dari mulutnya yang saya sendiri bingung apakah itu sebuah janji atau nasehat.

Untuk menagih janji itu, tak ada satupun dasar yang kuat kapan dan bagaimana janji itu diucapkan oleh ayah pada saya, maka yang terjadi adalah rasa penasaran  kenapa ayah tak tampak meluluskan permintaan saya sesegera mungkin jika ia tak mengeluh tak punya uang.

Menagih apa yang dimintakan kepada ayah lebih sering terhalang oleh jadwal tugasnya yang tak menentu. Sebagai tentara dalam satu batalyon pasukan, belum sempat ia mengabulkan permintaan saya, panggilan tugas sudah menunggu dan membawanya berbulan bulan mengembara di hutan belantara. Ibu yang akhirnya lebih sering memberikan pengalihan pikiran terhadap apa yang saya pinta, dari permintaan akan sebuah mainan terbaru menjadi permintaan pada Tuhan agar ayah bisa kembali kerumah dengan tubuh dan jiwanya yang masih bersatu.

Suatu kali dibawah sinar bulan yang benderang ketika anak anak lain sibuk bermain di malam libur,saya pernah meminta ayah untuk membelikan sebuah bola kaki, namun belum sempat bola itu mampir dikaki, di suatu pagi buta ayah sudah harus berangkat ke suatu tempat yang waktu berangkat dan pulangnya tak dapat dijadwalkan seperti  layaknya perjalanan wisata. Dengan ransel hijau penuh dengan segala perlengkapan, satu tas coklat seperti sangsak tinju yang saya sendiri tak tahu apa isinya dan kilatan senjata laras panjang seolah menghapus pikiranku terhadap sebuah keinginan memiliki bola kaki yang jadi anganku beberapa hari sebelumnya.

Kali berikutnya ketika kulihat ayah sudah nampak sedikit agak lama berdiam dirumah, keinginan akan sebuah bola kaki seolah hilang lenyap dari kepala digantikan keinginan untuk memiliki sebuah game watch ayam dan telur, Sebuah kotak permainan elektronik  yang siapapun memimpikannya ketika kecil dulu padahal itu hanya sebuah permainan bagaimana seekor tikus harus menangkap telur yang terus menggelinding dari kandang dan tak boleh pecah.

Lagi lagi ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala sambil mengucap kata yang sama , “Sabar dan Berdoalah!”. Malangnya tak sampai seminggu permintaan itu kuutarakan, ayah kembali  pergi dari rumah  dengan ransel hijau , tas coklat dan senjata laras panjangnya. Doa untuk sebuah Game watch pun berubah menjadi doa agar ia pulang dengan selamat dan berkumpul kembali dengan kami.

Keinginan demi keinginan akhirnya memang harus atau terpaksa pergi seiring dengan drama rutin kepergian ayah yang tak menentu. Keinginan akan semua impian saya itu akhirnya berubah menjadi sebentuk harapan agar ia pulang dengan selamat, membawa serta kembali  nafas dalam tubuhnya yang menghembus terdengar ditelinga  ketika ia memeluk kami  keluarganya setelah kepergian sekian bulan lamanya demi Negara.

Suatu hari di sore yang terang setelah satu hari ayah kembali dari tugas, Ayah bertanya apakah aku sudah berdoa untuk mendapatkan apa yang aku pinta , game watch,bola kaki dan mainan lainnya selama ayah pergi?, Saya hanya menggeleng dan berkata padanya bahwa semua itu tak lagi singgah di pikiran saya, yang penting ayah bisa kembali selamat dan aku bisa tidur dalam pelukannya.

Meski seorang tentara, matanya sore itu berkaca kaca dan ia menatap saya begitu tajamnya. Sore itu juga ayah mengajak  saya ke pasar minggu lalu masuk ke sebuah toko grosir disana untuk mendapatkan beberapa barang seperti rokok,jamu,obat-obatan,batu battery,odol,sabun,minyak angin dan banyak macam lainnya hingga penuh tas itu dengan berbagai  macam barang yang dibelinya.

“Untuk apa ayah?” Saya bertanya. Dan ia menjawab dengan sigap dan penuh senyum.

“Untuk persiapan kalau ayah berangkat tugas lagi,ayah akan jual di tempat tugas dan uangnya bisa membeli mainan yang kamu dan adikmu minta, selebihnya buat ibu!” jawab ayah.

Rupanya,tas coklat mirip sangsak tinju yang selalu ayah gendong ketika berangkat tugas bersama ransel hijau serta senjatanya adalah bagian dari nalurinya untuk memberikan tambahan bagi ibu dan kami untuk sedikit rejeki selain dari gaji ayah yang tak seberapa. Konsumen ayah adalah kawan-kawannya sendiri yang tak mungkin mendapatkan warung ditengah hutan untuk memperoleh barang-barang yang sepele namun sangat berguna disana.

Tak lama ketika tas coklat telah penuh, ayah menggamit lenganku menuju Toko ‘Tetap Segar’ dan  semua mainan yang saya minta dari  Bola Kaki, Game watch hingga  papan monopoli singgah ke kedua tanganku.

Ia dengan tubuh yang sebetulnya mulai menua menngendong tas coklat mirip sangsak dibahu kanannya sambil membayar semua mainan saya dengan tumpukan uang lusuh merah dan biru. Uang dari para tentara yang terendam kadang dikubangan lumpur,pematang sawah serta tampias hujan dalam tenda-tenda.

Dulu ketika kecil,saya tak pernah mengira betapa hidup itu sangat bergantung pada apa yang kita pikirkan. Semakin kuat kita memikirkan sesuatu maka semakin kuat  juga kecenderungan  apa yang ada dipikiran itu akan menjadi kenyataan. Ayah mengajarkan bahwa Gaji adalah sebagian yang sangat kecil dari rejeki yang diberikan Tuhan. Ia tak punya rekening gendut atau menakuti rakyat dengan bedil dan seramnya seragam miliknya untuk menambah rejeki. Ayah hanya memiliki tas coklat gendut dengan segala macam isi yang  memanfaatkan selisih harga beli dan harga jual tidak lebih dan itu yang membawa kami meloloskan diri dari sebagian kesulitan yang dihadapi bersama-sama.

Peluh, keringat, jauhnya jarak, bahkan nyawa kerap tak bisa dihindari bagi beberapa pria pelindung keluarga. Dibalik kagagahan dan kegigihan kadang terselip air mata bila mengingat apa yang diminta oleh anak anaknya tak mampu dipenuhi saat itu juga, dalam kesulitan mendapatkanya hampir semua pria membenamkan permintaan itu sebagai sebuah energi yang tersimpan dan menjadikanya sebagai pemicu dan pelecut semangatnya untuk kemudian dipergunakan sebagai tenaga tambahan.

Seorang ayah memang tak akan pernah sempurna di hadapan anak anak dan istrinya, namun justru ketidak sempurnaan itulah yang menjadi jaminan ia akan melindungi anak dan istrinya untuk mencapai sebuah kesempurnaan.

Terima kasih kepada para ayah yang telah memberikan pelajaran bagi kita semua tentang arti berjuang untuk kehidupan. Dan saat ini, pelajaran itulah yang ditunggu oleh anak anak kita  karena masa kini adalah giliran kita.

Pria yang tak meluangkan waktu untuk keluarga bukanlah pria sejati. -Don Corleone – The Godfather.

Didedikasikan untuk para ayah yang telah mendahului kita dan beberapa yang masih diberi kesempatan menemani kita.

*. Sumber : http://www.readersdigest.co.id/forum/lihat/69

*. Tulisan ini pernah diposting pada milis Reader’s Digest Indonesia dengan judul Semangat Ayah Tak Pernah Pergi.

Lirik : Perahu Kertas

Lyric by. Dewi Lestari

song by. Maudy Ayunda

Perahu kertasku kan melaju
membawa surat cinta bagimu
Kata-kata yang sedikit gila,
tapi ini adanya

Perahu kertas mengingatkanku
betapa ajaibnya hidup ini
Mencari-cari tambatan hati,
kau sahabatku sendiri
Hidupkan lagi mimpi-mimpi
cinta-cinta… cita-cita …
cinta-cinta…
yang lama ku pendam sendiri
berdua ku bisa percaya

Ku bahagia kau telah terlahir di dunia
Dan kau ada di antara milyaran manusia
Dan ku bisa dengan radarku menemukanmu
Tiada lagi yang mampu berdiri
halangi rasaku, cintaku padamu

video versi youtube juga bisa dilihat di sini