Bersama Desember yang akan segera pergi, dan hujan yang mengguyur deras.
Aroma basah yang menguar di antara pucuk dan tunas yang mulai kuncup-bersemi, dan genangan yang terus bertambah, dan hatiku yang mulai cemas.
Cemas pada hujan atau cemas menatap ponsel yang tak kunjung menampakkan pesan dirimu ??? … aku menanti SMS
Apa kabarmu di sana ???
Masihkah kita berpayung di bawah langit yang sama ???
Jika iya, coba kau tengok dari balik jendela. Pemandangan di luar sana mungkin sedikit kabur, tersamar oleh tirai-tirai basah, bayangan hujan yang hebat, tapi ku harap jalan setapak untuk pulang masih terbayang di pelupuk matamu.
Genangan di pekarangan semakin banyak, seperti sepi yang kian mengusik, menggenangkan bulir kristal, hangat di pelupuk mata. Mengalir, seperti aliran hujan dari balik jendela.
Semakin, semakin mengaburkan pandanganku.
Ku seka anak sungai di pipi, pun kaca jendela yang basah karena hujan yang terus menderas.
Tak ingin ku kaburkan pandanganku, sedikitpun.
Untuk menanti tibamu, saat hujan mulai reda dan selengkung pelangi mulai tersenyum manis, dan hari kembali cerah, pun demikian hatiku.