Pada Suatu Sore, Pak Tani memanggiku, kemudian menunjukkan dua belas tomat yang ranum padaku. Aku diminta untuk memilih salah satu dari tomat-tomat yang menggiurkan itu. Aku suka sekali makan tomat. Jadi tentun saja tak keberatan untuk memenuhi permintaan Pak Tani. Namun, mengapa hanya satu buah tomat yang boleh aku ambil ? Hal itu menyebabkan aku harus berfikir lama untuk memutuskan tomat mana yang akan aku ambil.
Sekalipun aku sudah berusaha untuk menentukan pilihan, tetap saja tak bisa memilih. Akhirnya aku memutuskan untuk bernegosiasi dengan Pak Tani agar diperbolehkan untuk mengambil lebih dari satu buah tomat yang ditawarkannya.
Pak Tani tegas menjawab, “Tidak!”
“Ada dua buah tomat yang menarik hatiku”, kataku kemudian agak memaksa.
“Sekali tidak, ya tetap tidak”, tegasnya, “… engkau hanya boleh mengambil satu buah. Pilihlah satu buah”.
Aku tetap bersikeras dan memutuskan untuk tidak mengambil sebuah pun. Kemudian, Pak Tani mengeluarkan sebuah tomat lagi dari keranjang bambunya. Kemudian berkata, ” pilihlah sekali lagi dan ambillah salah satu dari tomat-tomat ini”. Mataku terbelalak. Tanganku segera mengambil tomat ketigabelas itu sebelum Pak Tani sempat meletakkannya di samping kedua belas tomat tadi.
“Mengapa engkau begitu bernafsu mengambil tomat itu ?” Pak Tani bertanya.
“Aku tak ingin kehilangan tomat terbaik ini!”, jawabku.
“Lantas mengapa engkau berfikir bahwa tomat yang ketiga belas itu benar-benar yang terbaik ?”
Aku mengatakan kepada Pak Tani bahwa tomat yang ketiga belas itu benar-benar berbeda dengan dua belas tomat lainnya. Kulitnya begitu mulus, halus, dan mengkilat. Bulatan buahnya penuh dan padat. Warnanya pun sangat indah seolah-olah bersinar. Aku langsung merasa yakin bahwa tomat itu rasanya amat lezat. Ketika aku menjelaskan hal itu pada Pak Tani, Ia mengangguk-anggukkan kepalanya tanda setuju.
“Tomat yang kamu pilih itu, katanya kemudian, “… memiliki kualitas biji yang sangat baik sehingga kita bisa menjadikannya benih agar menghasilkan tomat-tomat lain yang berkualitas tinggi”.
‘Apa yang menjadikan tomat itu istimewa ?”tanyaku.
“Karakternya”, Pak Tani menjawab.
“Hmmm … karakter”. Aku berusaha mencerna jawaban itu … apakah tomat benar-benar memiliki karakter.
Kemudian, Pak Tani memulai kuliahnya tentang “karakter buah tomat”.
Seperti halnya tomat, tentu saja kita pun sebagai manusia memiliki karakter. Karakter yang baik harus dibentuk secara sadar. Kita bisa melakukan sesuatu untuk membentuk karakter kita menjadi yang terbaik. Dengan demikian, jika pada suatu waktu kita akan menhadapi seleksi, karakter istimewa kita itulah yang akan menjadi faktor pembeda yang paling menonjol.

Bahasa Indonesia: Buah Tomat (Photo credit: Wikipedia)
Marilah kita melihat contoh konkretnya saja di dalam kehidupan nyata. Ketika ada jabatan yang kosong di tempat kerjamu, sudah tentu para pengambil keputusan di perusahaanmu akan mempertimbangkan untuk memilih salah satu dari orang-orang yang bekerja di sana untuk menduduki jabatan yang sedang kosong itu. Namun, boleh jadi kamu menemukan kenyataan bahwa bos kamu lebih memilih merekrut orang luar untuk mengisi jabatan kosong itu. Jika hal itu terjadi, kamu tidak perlu merasa marah atau kecewa. Sebaliknya, kamu harus berfikir bahwa ini adalah kesempatan yang tepat bagi kamu untuk menanamkan karakter istimewa dari tomat ketiga belas di dalam diri kamu, dan membiarkannya untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Dengan demikian, jika kesempatan seperti itu datang lagi, keindahan kemilau karakter kamu tidak akan tertutupi oleh indahnya karakter orang lain.
Seperti yang terjadi pada buah tomat ketiga belas tadi, orang-orang akan memilih kamu karena mereka bisa melihat dengan jelas keindahan karakter diri yang kamu miliki. Mereka bisa melihatnya melalui sikap dan perilaku sehari-hari kamu dari waktu ke waktu serta melalui pencapaian-pencapaian yang kamu raih. Di mata mereka, kamu sungguh-sungguh tampak bagaikan sebuah bintang yang bersinar terang sehingga mudah dilihat dan dijadikan sebagai orang yang pantas untuk dipilih.
Lalu, bagaimana jika di dalam diri kamu terdapat karakter yang buruk ? Apakah mungkin bagi kamu untuk membangun sebuah karakter yang baik ? Mengapa tidak ! Kita bisa menambahkan dempul pada sebuah mobil rongsokan kemudian mengampelasnya hingga halus dan selanjutnya memolesnya dengan cat pilihan terbaik, sehingga mobil tua itu menjelma menjadi barang antik yang elegan dan menawan hati. Demikian pula kamu bisa “mendempul” beberapa lubang jelek di dalam karakter diri kamu dan “memoles”-nya di sana- sini sehingga menjadi semakin rata dan halus. Setelah itu, kamu bisa “mengecat”-nya dengan tingkah laku yang baik dan sikap yang manis dan menarik.
Hasilnya, kamu akan menjelma menjadi seseorang yang begitu “berkilauan”. Siapapun yang memandang ke arahmu akan menilai sebagai seorang bintang dan menjadikan kamu sebagai pilihan pertama jika mereka mencari seseorang yang dibutuhkan. Seperti buah tomat ketiga belas yang kita bicarakan tadi.
Dalam kehidupan karier kita, sering kali kita menghadapi kenyataan bahwa hanya satu orang yang akan dipilih menduduki jabatan yang lebih tinggi. Jadi, hal pertama yang harus kamu periksa adalah : apakah pesona yang kamu tebarkan itu berhasil menggambarkan diri kamu sebagai seorang yang pantas untuk dipilih atau tidak ?
Oleh karena itu, jadilah ” tomat yang paling istimewa” !
Salah satu cerita yang selalu ku suka. Dan seperti beberapa cerita sebelumnya, dengan berbagi pada semua,beginilah caraku menyimpannya. So, jika kisah ini pun menjadi salah satu kesukaanmu, kita bisa menyimpannya bersama-sama. Oh iya, kamu pun harus tahu juga dari mana kisah ini kuperoleh.
Kisah ini berjudul asli ” Tomat Istimewa & Pribadi yang Memesona”, dalam sebuah buku kumpulan kisah berjudul “Belajar Sukses kepada Alam” karya Dadang Kadarusman.
Udahan dulu ya … kumandang adzan isya sudah memanggil 🙂
-3.668799
119.974053
Menyukai ini:
Suka Memuat...