Memanjakan mata jelang buka puasa. Berlari kecil di atas hamparan pasir putih, menyambut deburan ombak dan air pasang yang menyejukkan kaki. Segala duka dan gundah sejenak menghilang, yang ada hanya bahagia. Senyum merekah bersama rona senja … “Kamu lebih kuat dari sebuah masalah”.
Arsip Tag: [senja]
senja basah di dermaga phinisi
Entah kenapa kakiku melangkah ke tempat ini. Hhhh … rasanya aku seperti orang yang kalah.
Tidak, aku bukan kalah. Aku hanya lelah dengan semua, dan kurasa ini tempat yang tepat untuk sejenak menepi.
Hujan baru saja reda, meski genangan tak akan aku temukan karena hamparan pasir putih ini telah menelannya, bau basahnya masih menyisakan jejak. Dan … lihatlah di sana, kurasa itu pelangi pertamaku. Hohohooo … sepertinya aku mulai menyukai tempat ini.
Kapal-kapal banyak tak berlayar, tak terkecuali kapal-kapal nelayan, ramai tertambat. Rupanya badai laut terlalu garang, mereka memilih tak menjaring ikan hari ini. Mereka sudah kenyang “garam” lautan, dalam badai seperti ini ikan-ikan sulit dicari. saat badai mereka berenang ke dasar, bersembunyi. Insting hewan sangat peka.
Namun, kurasa para nelayan dan pelaut tak akan berkemul terlalu lama. Setelah badai berlalu, mereka akan ramai-ramai melaut. Dan … benar saja.
Pada hamparan samudera yang membentang, mereka melabuhkan asa.
Belum lama aku di sini, namun hati sudah terasa lapang. Oh, aku semakin menyukai tempat ini.
Hari semakin senja, saatnya aku beranjak. Tapi, hatiku telah berjanji, besok akan kembali.
rasa [senja]
[Senja] Anging mammiri mulai mengirimkan sinyal senyap dan dingin. Menciptakan irama gesekan dahan-ranting padu dalam desau angin semilir, rambat merayap, menelusup relung sendi. Oh, rindu dan sepi perlahan mengusik hati.
[Mendung] dan oh ku kira akan turun hujan namun titiknya tak kunjung pun, hingga malam mulai merangkak, panjang dan kelam. Rinduku kian membiru. Duhai Dewi malam, selimuti hatiku dengan dekap hangatmu. Aku tak ingin beku menjemput pagi. Kuatkan aku untuk tak bisu, menyerah dalam kebekuan tuk menjemput remang sinar keemasan di ufuk fajar.
Anging Mammiri:Anging mammiri ku pasang
Pitujui tontonganna
Tusarroa takka luppa
Eaule .. na mangu’rangi
Tutenayya, tutenayya pa’risi’naBattumi anging mammiri
Anging ngerang dinging-dinging
Nama lantang sa’ri buku
Eaule .. na mangu’rangi
Ma’lo’lorang, ma’lo’lorang je’ne’ mataArtinya:Wahai angin yang bertiup semilir, aku menitip pesan
Sampaikanlah hingga ke jendela rumahnya
Pada dia yang sering melupakan
Duhai .. Hingga dia dapat teringat
Si dia yang tak memiliki simpatiDatanglah wahai angin yang bertiup semilir
Angin yang membawa rasa dingin
Yang menusuk hingga ke sumsum tulang
Duhai .. Agar dia teringat
Bercucuranlah, bercucuranlah air mata