ada yang pergi
ada yang datang mengisi
namun pada akhirnya semua harus pergi
menyisakan semilir, sepi dan sendiri
benar-benar sendiri
ada yang pergi
ada yang datang mengisi
namun pada akhirnya semua harus pergi
menyisakan semilir, sepi dan sendiri
benar-benar sendiri
Menikmati sisa hari dengan secangkir cokelat hangat
Kurasa bayangan senyummu pun larut dalam setiap kehangatannya
seperti bayangan senja yang perlahan menyapa dari balik jendela,
meski aku terus berkata tidak, namun gesekan rasa ini mengusik hebat
gemerisik di antara dedaunan dan angin malam yang mendesau
mengalirkan sepi yang sama hebatnya
dan bersama bayangan malam pekat, kembali ku larutkan senyummu dalam secangkir cokelat
sekedar untuk mengelabui rindu
Hanya satu pesan singkat, ladu diam … dan sepi …
Tak ada nada, hampa tak bersuara …
Demikianlah, percakapan pun terhenti
Inikah akhirnya ??? … Entahlah, mungkin seseorang di seberang sana punya jawabannya.
Atau barangkali, diamnya adalah sebuah jawaban.
Mungkin aku ini terlalu naif dan polos
Tak bisa membaca dan memahami isyarat dan makna dari diammu.
Tapi jika pun demikian, meski hanya sekedar memberi sapaan, salahkah ???
Hanya itu.
Namun, jika pun itu adalah kesalahan juga, mungkin memang beginilah akhirnya.
Kelak aku tak lagi akan berbagi kabar padamu.
…
“Akhirnya hanya ada satu nada untuk kita, “diam”.
[Senja] Anging mammiri mulai mengirimkan sinyal senyap dan dingin. Menciptakan irama gesekan dahan-ranting padu dalam desau angin semilir, rambat merayap, menelusup relung sendi. Oh, rindu dan sepi perlahan mengusik hati.
[Mendung] dan oh ku kira akan turun hujan namun titiknya tak kunjung pun, hingga malam mulai merangkak, panjang dan kelam. Rinduku kian membiru. Duhai Dewi malam, selimuti hatiku dengan dekap hangatmu. Aku tak ingin beku menjemput pagi. Kuatkan aku untuk tak bisu, menyerah dalam kebekuan tuk menjemput remang sinar keemasan di ufuk fajar.
Anging Mammiri:Anging mammiri ku pasang
Pitujui tontonganna
Tusarroa takka luppa
Eaule .. na mangu’rangi
Tutenayya, tutenayya pa’risi’naBattumi anging mammiri
Anging ngerang dinging-dinging
Nama lantang sa’ri buku
Eaule .. na mangu’rangi
Ma’lo’lorang, ma’lo’lorang je’ne’ mataArtinya:Wahai angin yang bertiup semilir, aku menitip pesan
Sampaikanlah hingga ke jendela rumahnya
Pada dia yang sering melupakan
Duhai .. Hingga dia dapat teringat
Si dia yang tak memiliki simpatiDatanglah wahai angin yang bertiup semilir
Angin yang membawa rasa dingin
Yang menusuk hingga ke sumsum tulang
Duhai .. Agar dia teringat
Bercucuranlah, bercucuranlah air mata